Album Banda Neira Dirilis dalam Bentuk Piringan Hitam
Ananda Badudu, gitaris dan vokalis dari duo Banda Neira, mengungkapkan rasa bahagianya saat mengetahui bahwa album mereka yang dirilis pada tahun 2016, Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti, kini dibuat dalam format piringan hitam. Ananda mengaku tidak pernah membayangkan karyanya akan hadir dalam format tersebut, sebuah bentuk fisik yang identik dengan musik zaman dulu namun kembali populer di kalangan pecinta musik saat ini.
“Saya sungguh tak pernah membayangkan bahwa lagu-lagu yang saya buat, termasuk rekaman suara saya bernyanyi, akan bisa dinikmati dalam format piringan hitam. Ini sungguh di luar ekspektasi saya,” ungkap Ananda dalam pernyataan tertulisnya.
Album Banda Neira Dirilis dalam Bentuk Piringan Hitam
Album Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti sendiri mendapat perhatian luas sejak pertama kali dirilis pada tahun 2016. Dengan lirik-lirik yang penuh makna dan aransemen musik yang sederhana namun emosional, Banda Neira berhasil meraih tempat di hati para penikmat musik indie di Indonesia. Album ini membawa nuansa yang menenangkan, namun tetap sarat akan pesan-pesan kehidupan yang mendalam, khas dari karya-karya Ananda Badudu dan Rara Sekar, yang menjadi rekan duetnya dalam Banda Neira.
Karya yang Terus Hidup Meski Banda Neira Berakhir
Meski Banda Neira secara resmi telah bubar sejak akhir 2016, karya mereka terus hidup di hati para pendengarnya. Dalam kurun waktu yang singkat, duo ini telah berhasil menciptakan sejumlah lagu yang begitu dicintai, dan album Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti menjadi salah satu karya puncak mereka. Lagu-lagu seperti “Sampai Jadi Debu” dan “Di Beranda” kerap menjadi pilihan untuk didengarkan ketika suasana hati membutuhkan ketenangan dan refleksi diri.
Fakta bahwa album ini kini dicetak dalam format piringan hitam memperlihatkan bahwa meski mereka sudah tidak aktif, karya-karya mereka tetap dicari dan diminati oleh para penggemar lama maupun baru. Piringan hitam menawarkan pengalaman mendengarkan yang lebih mendalam dan personal, dan hal ini sejalan dengan karakter musik Banda Neira yang penuh kontemplasi.
Popularitas Piringan Hitam Kembali Meningkat
Perilisan Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti dalam format piringan hitam juga mencerminkan tren global di industri musik di mana piringan hitam kembali mendapatkan tempat di hati para penikmat musik. Dalam beberapa tahun terakhir, penjualan piringan hitam mengalami peningkatan signifikan, baik di pasar internasional maupun di Indonesia. Hal ini dipicu oleh keinginan para pendengar untuk merasakan kualitas audio yang lebih otentik serta mendapatkan pengalaman yang lebih personal dalam mendengarkan musik. Piringan hitam, dengan suara analog yang khas, dianggap mampu memberikan sensasi yang berbeda dibandingkan dengan format digital.
Ananda Badudu sendiri menyatakan bahwa meskipun format piringan hitam ini bukan sesuatu yang pernah ia impikan sebelumnya, ia merasa sangat bangga dan bersyukur atas kesempatan ini. Baginya, ini adalah bukti bahwa karya Banda Neira masih relevan dan terus diapresiasi, meskipun duo tersebut sudah tidak lagi aktif berkarya.
“Rasanya seperti mimpi, mendengar bahwa album ini dibuat dalam format piringan hitam. Saya tak pernah menyangka karya kami bisa mencapai titik ini,” tambah Ananda.
Warisan Musik yang Tak Terlupakan
Banda Neira memang telah bubar, namun musik mereka terus hidup. Album Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti menjadi salah satu warisan yang tidak hanya akan dikenang oleh para penggemar, tetapi juga menjadi bagian penting dari perkembangan musik indie di Indonesia. Dengan adanya rilisan dalam format piringan hitam ini, karya Banda Neira mendapatkan kehidupan baru, memungkinkan pendengar menikmati musik mereka dengan cara yang lebih klasik namun tetap relevan di era modern ini.
Tak hanya bagi Ananda Badudu dan Rara Sekar, album ini juga menjadi bukti bahwa sebuah karya musik bisa melampaui batas waktu dan tetap relevan dalam berbagai format, baik itu digital maupun fisik seperti piringan hitam. Para penggemar Banda Neira tentu merasa senang karena dapat menambah koleksi mereka dengan versi piringan hitam dari album yang begitu ikonik ini.
Dengan rilisan ini, Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti sekali lagi menunjukkan kekuatannya sebagai salah satu album penting dalam perjalanan musik Indonesia. Melalui piringan hitam, keindahan lirik, melodi, serta keunikan suara Banda Neira bisa kembali dinikmati dengan nuansa yang lebih mendalam dan personal.
Album ini tidak hanya tentang musik, tetapi juga tentang nostalgia, tentang sebuah masa di mana dua musisi berbakat berkumpul untuk menciptakan karya yang akan terus hidup meski waktu terus berjalan. Mungkin itulah esensi dari Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti, sebuah karya yang tetap tumbuh, meski ada bagian yang hilang, karena yang baru selalu datang menggantikan.